Jumat, 24 Januari 2014

Cinta Seindah Mutiara


“ Love you, sayang ” Kata – kata terakhir yang terucap dari bibir Reno sebelum dia meninggalkanku untuk selamanya.
Reno adalah tunanganku, sekaligus calon suamiku. Seminggu lagi kami akan menikah. Kami akan diikat oleh janji suci dari sebuah akad pernikahan. Janji suci yang akan diucapkan Reno dihadapan kedua orangtuaku dan disaksikan oleh kedua orangtuanya, teman – teman kami, keluarga besar kami serta beberapa saksi lainnya. Sebuah ikatan yang  akan menjadikan aku wanita paling beruntung dan paling bahagia di dunia.
Kami sudah menyiapkan semuanya sejak setahun yang lalu. Tapi rencana yang sudah tersusun rapi itu aku hacurkan hanya dalam waktu beberapa menit saja. Sebulan menjelang pernikahan kami aku merasa Reno begitu berbeda. Reno begitu sibuk mengurus pekerjaannya kadang kurang memperdulikan aku. Aku coba mengerti, mungkin memang banyak yang ia harus kerjakan sebelum dia cuti menikah dan berlibur untuk honey moon kami.
Tapi lambat laun Reno semakin berbeda bahkan untuk mengingatkanku makan saja sudah hampir tidak pernah. Aku coba selidiki beberapa hari, aku sering menunggunya sepulang kantor dan melihat dari kejauhan. Beberapa hari ini Reno sering pergi dengan seorang wanita yang bahkan sebelumnya belum pernah dia kenalkan padaku. Mereka terlihat sangat akrab. Setelah aku coba cari tau ternyata wanita itu bernama Dila, karyawati baru ditempat Reno bekerja yang ternyata adalah sekertaris barunya.
Api cemburu membakar hatiku, bahkan hal sebesar itu Reno sama sekali tidak memberitahukan padaku. Kecewa, sedih, terluka semua campur aduk menyelimuti hati dan fikiranku. Aku masih selalu memperhatikan dan mengikuti Reno dari jauh, Reno dan Dila sering jalan bersama, selalu ada yang mereka beli setiap harinya. Mereka terlihat bukan sekedar teman kerja tapi terlihat lebih dari itu.
Sampai suatu ketika kesabaranku habis, aku mendatangi mereka yang memang sedang terlihat berangkulan, kutarik tangan Reno dan kutampar dengan cukup keras, bahkan aku juga menampar Dila. Entah apa yang merasukiku sampai aku remas tangan Dila dengan cukup kuat dan langsung pergi meninggalkan mereka. Reno sama sekali tidak memperdulikan apalagi mengejarku, Reno terlihat sangat khawatir pada Dila.
Hari itu juga aku memutuskan untuk menjernihkan pikiranku, pergi ke tempat yang memang selalu membuat hatiku tenang. Malamnya aku tidak bisa tidur. Aku berfikir tentang bagaimana hubungan kami kedepan. Apa aku harus mempertahankan Reno atau berhenti sampai disini. Reno sama sekali tidak menghubungiku saat itu, akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dan membatalkan pernikahan kami. Bahkan Reno terkesan tidak peduli karna tidak ada balasan apapun darinya.
Tak sadar aku terlelap , sesaat membuka mata terlihat ada yang berbeda. Aku tiba – tiba tidur di kasur sebuah apartement yang tidak asing bagiku. Sudah ada roti dengan selai coklat dan teh yang biasa untuk sarapan pagiku.
“ Aku sudah duga pasti kamu kesini ” Ucap seseorang memecah kebingunganku
“ Ngapain kamu disini? Terus ngapain kamu bawa aku kesini? ” Ucapku pada Reno
“ Aku ga akan tega ngebiarin kamu kedinginan tidur diluar ” Ucap Reno dengan lembut
“ Apa peduli kamu? ” Ucapku dan berusaha menjauh dari Reno
“ Gimana bisa aku ga peduli, aku sangat peduli, karna aku cinta kamu. Aku sangat mencintai kamu. Kamu juga tau hal itu” Ucap Reno sambil memelukku dari belakang
“ Kamu dan aku bukan apa – apa lagi. Lupakan aku, lupakan rencana kita dan lepaskan aku ” Ucapku sambil berusaha melepaskan pelukan Reno yang begitu erat
“ Jadi hari hari yang kita lewati dari empat tahun yang lalu sampai sekarang sama sekali udah ga berarti buat kamu? Acara yang kita nanti – nantikan, yang kita impi – impikan dan kita rancang dari setahun yang lalu akan kamu batalin gitu aja? ” Ucap Reno sambil memelukku lebih erat, ia seolah menghalangiku untuk pergi. Aku terus berontak dan akhirnya Reno melepaskan pelukannya. Aku langsung berlari menuju tangga dan turun sampai lantai dasar, Reno terus mengejarku dan tiba tiba menggenggam erat tanganku dan berkata
“ Jika kamu sangat kecewa dan amat marah padaku, aku rela kamu tampar aku, kamu pukul aku, kamu maki maki aku, ku harap dengan semua itu kamu bisa memaafkan aku, tapi aku minta jangan kamu tinggalkan aku, jangan hancurkan mimpi – mimpi indah yang sudah kita rancang bersama ”
Kata – katanya sangat membuatku luluh, tapi teringat kekecewaan yang telah dia buat kata – kata itu bukan apa – apa melainkan kata – kata bulshit yang keluar dari mulut seorang penipu. Aku coba melepaskan genggamannya sambil menahan agar tidak ada tetesan air mata yang keluar di hadapan Reno. Aku tidak mau dianggap lemah.
Setelah genggamannya terlepas aku langsung lari keluar dari apartement itu. Aku berlari tanpa memperhatikan sekelilingku, aku berlari di jalan Raya serta tikungan yang menanjak, ada mobil yang melaju kencang yang hampir menabrakku. Aku hampir tak sadarkan diri, Reno yang menyelamatkanku. Aku langsung memeluknya dengan erat sebagai ucapan terimakasih. Reno terlihat begitu khawatir. Orang – orang mengelilingi kami. Aku tersenyum pada Reno, aku tidak menyangka kami berdua bisa selamat.
Lalu aku mencoba membantu Reno berdiri, kakinya terlihat sedikit agak terkilir.
“ Love you, sayang ” Ucap Reno kepadaku. Sepenggal kata – kata terakhir yang terucap dari bibirnya. Entah apa yang  membuatku terpeleset dan membuatku melepaskan tangan Reno sehingga Reno masuk kedalam jurang. Reno ditemukan dalam keadaan tewas dengan kepala yang berlumuran darah, diperkirakan kepala Reno terkena batu – batu yang ada dibawah jurang. Jenazah reno langsung dibawa kerumah dan segera dikuburkan.
Betapa hancurnya hatiku melihat tenda yang awalnya akan dijadikan tempat bahagia kami, tempat kami menjadi raja dan ratu sehari beralih menjadi tempat untuk orang orang membacakan Yaasiin dan memanjatkan doa untuk Reno. Aku pandangi sudut – sudut tenda, termenung dan perasaan bersalah menyelimutiku. Tiba – tiba ada wanita dengan perban ditangannya mendatangiku. Ternyata dia adalah Dila. Aku memaki – makinya dan mengatakan bahwa dialah penyebab kematian Reno. Dila hanya tersenyum dan memberikan sepucuk kertas dan beberapa belanjaan yang aku lihat dibeli oleh Dila dan Reno. Perlahan aku buka kertas itu dan aku membaca surat itu
“Ara sayangku, istriku, dan calon ibu anak anakku. Orang tuamu tidak pernah salah memberikan kamu nama Mutiara, karna kamu adalah mutiara terindah dan tak ternilai yang aku miliki. Hari ini hari bahagia kita, aku harap kamu suka beberapa pemberian aku. Pemberian yang pasti tidak seberapa jika dibandingkan dengan rasa sayangmu yang begitu besar. Tidak banyak yang bisa aku belikan buatmu sebagai hadiah di hari spesial kita, hari pernikahan kita. Aku takut setelah menikah aku tidak bisa membuatmu bahagia, maka dari itu aku coba kerja keras dan mendapat sedikit uang tambahan untuk semua ini dan sedikit mengabaikanmu. Maaf sebelumnya aku belum sempat ngenalin Dila, Dila itu sepupu jauhku. Tiba – tiba dia melamar kerja di kantorku dan diterima sebagai sekertarisku. Maaf membuat kamu berfikir yang macam – macam. Jangan lupa minta maaf sama Dila, karena kamu tangan Dila harus diperban beberapa hari. Aku sengaja menulis surat ini, kamu tau aku orang yang paling ga bisa merangkai kata – kata manis apalagi romantis buat diucapkan langsung. Aku sayang kamu, istriku.”
Tubuhku terbujur kaku setelah membaca surat itu, begitu besar pengorbanan Reno kepadaku, begitu cintanya Reno terhadapku dan aku sia siakan cintanya begitu saja. Aku harap sekarang Reno sudah tenang disana, Reno orang baik aku yakin Reno juga akan dapat tempat terbaik disisi-NYA.

TAMAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar