Senin, 25 Juni 2012

gangguan neurologis langka

James Wannerton adalah salah satu dari dua setengah juta orang di dunia yang mengalami sebuah gangguan neurologis langka. Penderitanya bisa merasakan atau mencicipi kata-kata.
Kondisinya dalam medis disebut sinestesia, kondisi neurologis yang menyebabkan penderitanya mengalami persepsi informasi melalui modalitas rasa yang tidak terhubung ke sumbernya.  Dengan kata lain, para penderitanya dapat mendengar warna, membaui suara, dan mencicipi bentuk.

Salah satu kenangannya yang paling awal adalah ketika ia berusia sekitar empat atau lima tahun. Ketika itu ia sedang menyanyikan sebuah doa. Yang melekat dalam ingatannya bukan guru, teman dan keadaan saat itu, melainkan rasa doa yang menurutnya seperti daging asap.

Saat masuk sekolah, James mengaku selalu jadi anak yang senang melamun. Ia sering menatap keluar dari jendela sambil mencicipi apa saja di sekelilingnya.

Menurut James, warna biru itu indah seperti buah opal yang manis dan lembut. Lalu, liburan  keluarganya di Devon terasa seperti bata. Perjalanan lain terasa seperti cokelat dan permen karet anggur.

“Bagi saya, mengecap kata-kata itu sama alaminya dengan bernapas, tetapi sebagai anak kecil saya tidak tahu kalau saya berbeda dari orang lain,” katanya, seperti dikutip dari Daily Mail.

Oleh karenanya, James susah berkonsentrasi dan membaca. Ia bahkan tidak pernah membaca novel karena tidak kuat berhadapan dengan prosanya yang berbunga-bunga. Ia hanya membaca buku faktual atau buku dengan gambar. “Beberapa kata terasa lebih enak daripada yang lain. Kata-kata dalam bahasa Perancis itu sulit karena kebanyakan dari mereka terasa seperti telur.”

Ia menambahkan, “Saya memiliki masalah dengan orang yang berbicara sangat jelas. Mereka membangkitkan rasa terlalu banyak.”

Orang yang bergumam atau dan pembicara yang cepat lebih mudah ia atasi, begitu pula orang dengan aksen. Ketika berusia 21 tahun, dalam kunjungannya ke Amerika Serikat pada tahun 1981, James menonton seorang wanita di televisi yang mengatakan ia bisa melihat warna ketika ia mendengarkan musik. James pun menyadari bahwa ia mungkin bukan satu-satunya.

James segera memeriksakan diri ke Rumah Sakit Maudsley di London, di mana ia menjalani serangkaian scan MRI untuk melihat bagian otak yang terkait dengan rasa. Ia terbukti mengalami sinestesia.

“Saya akhirnya merasa tidak gila,” ungkap James.

Sebelumnya ia takut memberitahu orang tentang gangguan sinestesia karena tidak ingin dikira gila. Selain itu, ia paham bahwa sinestesia sulit dimengerti orang awam bahkan mungkin dokter.

Sejak didiagnosis, James mengirimkan lebih dari 3.000 kata-kata yang memiliki rasa kepada para peneliti di University College London dan Edinburgh University. “Mereka masih suka menelepon saya hingga sekarang. Biasanya mereka memberikan kata-kata kepada saya, lalu saya harus segera mengartikulasikan rasa apapun dari kata-kata itu.”

James melanjutkan, pada dasarnya sinestesia adalah kesalahan genetik. Ibu dan kakaknya juga memiliki gangguan itu, tetapi tidak terlalu kuat.

Sinestesia disebabkan ketika jalur neurologis antara indera tidak dipangkas selama perkembangan otak, sehingga indera saling tumpang tindih. Karena itulah beberapa orang dapat 'mendengar' tekstur, orang lain dapat 'melihat' bau.

“Melihat ke belakang, kemampuan saya dalam merasakan kata-kata memiliki dampak serius terhadap cara saya berinteraksi dengan orang. Saya yakin itu sebabnya saya menjadi analis sistem, di mana pekerjaan itu merupakan kegiatan soliter.”

James juga menghindari pernikahan dan pesta selama bertahun-tahun, dan jika ia mengenal seseorang dengan nama yang memiliki rasa mengerikan, maka ia tidak akan pergi ke pesta itu.

Kebanyakan teman James memiliki nama yang rasanya bagus, tetapi ia akan menghindari orang atas dasar bahwa nama mereka terasa tidak menyenangkan.

“Gordon memiliki rasa kotoran. Gordon Brown bahkan lebih buruk. Itu nama menjijikkan, campuran lumpur dan Marmite. Benar-benar menjijikkan. Tony, di sisi lain, memiliki rasa kelapa kering. Dan saya tidak keberatan dengan Martin, yang memiliki rasa asam Bakewell."

James tertarik pada gadis-gadis dengan nama yang rasanya bagus. Ia tidak pernah berkencan dengan seseorang bernama Helen (rasa lendirnya terlalu kuat), Barbara (rasa rhubarb atau sejenis tanaman), dan Jemma (permen meleleh).

“Pasangan saya bernama Jeanette, yang menurut saya bagus karena namanya memiliki rasa daging asap yang ringan. Saya sendiri lebih suka ia dipanggil Genna atau Gemma atau Hanna atau sesuatu yang manis semacam itu.”

Dikutip dari Huffington Post, sekitar 100 jenis sinestesia telah didokumentasikan, dan kondisi ini terjadi kepada sekitar empat persen dari populasi umum. Bagi para ilmuwan, sinestesia menyajikan masalah yang menarik. Menurut American Psychological Association, gangguan ini adalah fenomena biologis, berbeda dari halusinasi. Kondisi sinestesia bisa menurun dari keluarga dan lebih banyak terjadi pada wanita.

Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa sekitar satu dari 2.000 menderita sinestesia, dan beberapa ahli menduga satu dari 300 orang memiliki beberapa variasi sinestesia.

Bentuk yang paling umum dari sinestesia adalah pendengaran berwarna, yang artinya suara dan terlihat sebagai warna. Kebanyakan penderita melaporkan bahwa mereka melihat suara tersebut secara internal, dalam "mata pikiran."

Beberapa penderita  mengalami kelebihan beban sensori sehingga mereka menjadi kelelahan karena begitu banyak stimulasi. Tapi beberapa merasa  biasa-biasa saja dan mereka menganggap gangguan sinestesia sebagai bonus indera.

Sumber : http://kosmo.vivanews.com/news/read/308757-penyakit-langka--mencicip-dan-membaui-kata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar