“ Love you, sayang ”
Kata – kata terakhir yang terucap dari bibir Reno sebelum dia meninggalkanku
untuk selamanya.
Reno adalah tunanganku,
sekaligus calon suamiku. Seminggu lagi kami akan menikah. Kami akan diikat oleh
janji suci dari sebuah akad pernikahan. Janji suci yang akan diucapkan Reno
dihadapan kedua orangtuaku dan disaksikan oleh kedua orangtuanya, teman – teman
kami, keluarga besar kami serta beberapa saksi lainnya. Sebuah ikatan yang akan menjadikan aku wanita paling beruntung dan
paling bahagia di dunia.
Kami sudah menyiapkan
semuanya sejak setahun yang lalu. Tapi rencana yang sudah tersusun rapi itu aku
hacurkan hanya dalam waktu beberapa menit saja. Sebulan menjelang pernikahan
kami aku merasa Reno begitu berbeda. Reno begitu sibuk mengurus pekerjaannya
kadang kurang memperdulikan aku. Aku coba mengerti, mungkin memang banyak yang
ia harus kerjakan sebelum dia cuti menikah dan berlibur untuk honey moon kami.
Tapi lambat laun Reno
semakin berbeda bahkan untuk mengingatkanku makan saja sudah hampir tidak
pernah. Aku coba selidiki beberapa hari, aku sering menunggunya sepulang kantor
dan melihat dari kejauhan. Beberapa hari ini Reno sering pergi dengan seorang
wanita yang bahkan sebelumnya belum pernah dia kenalkan padaku. Mereka terlihat
sangat akrab. Setelah aku coba cari tau ternyata wanita itu bernama Dila,
karyawati baru ditempat Reno bekerja yang ternyata adalah sekertaris barunya.
Api cemburu membakar
hatiku, bahkan hal sebesar itu Reno sama sekali tidak memberitahukan padaku.
Kecewa, sedih, terluka semua campur aduk menyelimuti hati dan fikiranku. Aku
masih selalu memperhatikan dan mengikuti Reno dari jauh, Reno dan Dila sering
jalan bersama, selalu ada yang mereka beli setiap harinya. Mereka terlihat
bukan sekedar teman kerja tapi terlihat lebih dari itu.
Sampai suatu ketika
kesabaranku habis, aku mendatangi mereka yang memang sedang terlihat
berangkulan, kutarik tangan Reno dan kutampar dengan cukup keras, bahkan aku
juga menampar Dila. Entah apa yang merasukiku sampai aku remas tangan Dila
dengan cukup kuat dan langsung pergi meninggalkan mereka. Reno sama sekali
tidak memperdulikan apalagi mengejarku, Reno terlihat sangat khawatir pada
Dila.
Hari itu juga aku
memutuskan untuk menjernihkan pikiranku, pergi ke tempat yang memang selalu
membuat hatiku tenang. Malamnya aku tidak bisa tidur. Aku berfikir tentang
bagaimana hubungan kami kedepan. Apa aku harus mempertahankan Reno atau
berhenti sampai disini. Reno sama sekali tidak menghubungiku saat itu, akhirnya
aku memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dan membatalkan pernikahan kami.
Bahkan Reno terkesan tidak peduli karna tidak ada balasan apapun darinya.
Tak sadar aku terlelap
, sesaat membuka mata terlihat ada yang berbeda. Aku tiba – tiba tidur di kasur
sebuah apartement yang tidak asing bagiku. Sudah ada roti dengan selai coklat
dan teh yang biasa untuk sarapan pagiku.
“ Aku sudah duga pasti
kamu kesini ” Ucap seseorang memecah kebingunganku
“ Ngapain kamu disini?
Terus ngapain kamu bawa aku kesini? ” Ucapku pada Reno
“ Aku ga akan tega
ngebiarin kamu kedinginan tidur diluar ” Ucap Reno dengan lembut
“ Apa peduli kamu? ”
Ucapku dan berusaha menjauh dari Reno
“ Gimana bisa aku ga
peduli, aku sangat peduli, karna aku cinta kamu. Aku sangat mencintai kamu.
Kamu juga tau hal itu” Ucap Reno sambil memelukku dari belakang
“ Kamu dan aku bukan
apa – apa lagi. Lupakan aku, lupakan rencana kita dan lepaskan aku ” Ucapku
sambil berusaha melepaskan pelukan Reno yang begitu erat
“ Jadi hari hari yang
kita lewati dari empat tahun yang lalu sampai sekarang sama sekali udah ga
berarti buat kamu? Acara yang kita nanti – nantikan, yang kita impi – impikan
dan kita rancang dari setahun yang lalu akan kamu batalin gitu aja? ” Ucap Reno
sambil memelukku lebih erat, ia seolah menghalangiku untuk pergi. Aku terus
berontak dan akhirnya Reno melepaskan pelukannya. Aku langsung berlari menuju
tangga dan turun sampai lantai dasar, Reno terus mengejarku dan tiba tiba
menggenggam erat tanganku dan berkata
“ Jika kamu sangat
kecewa dan amat marah padaku, aku rela kamu tampar aku, kamu pukul aku, kamu
maki maki aku, ku harap dengan semua itu kamu bisa memaafkan aku, tapi aku
minta jangan kamu tinggalkan aku, jangan hancurkan mimpi – mimpi indah yang
sudah kita rancang bersama ”
Kata – katanya sangat
membuatku luluh, tapi teringat kekecewaan yang telah dia buat kata – kata itu
bukan apa – apa melainkan kata – kata bulshit yang keluar dari mulut seorang
penipu. Aku coba melepaskan genggamannya sambil menahan agar tidak ada tetesan
air mata yang keluar di hadapan Reno. Aku tidak mau dianggap lemah.
Setelah genggamannya
terlepas aku langsung lari keluar dari apartement itu. Aku berlari tanpa
memperhatikan sekelilingku, aku berlari di jalan Raya serta tikungan yang
menanjak, ada mobil yang melaju kencang yang hampir menabrakku. Aku hampir tak
sadarkan diri, Reno yang menyelamatkanku. Aku langsung memeluknya dengan erat
sebagai ucapan terimakasih. Reno terlihat begitu khawatir. Orang – orang mengelilingi
kami. Aku tersenyum pada Reno, aku tidak menyangka kami berdua bisa selamat.
Lalu aku mencoba membantu Reno berdiri, kakinya terlihat sedikit agak terkilir.
“ Love you, sayang ”
Ucap Reno kepadaku. Sepenggal kata – kata terakhir yang terucap dari bibirnya.
Entah apa yang membuatku terpeleset dan
membuatku melepaskan tangan Reno sehingga Reno masuk kedalam jurang. Reno
ditemukan dalam keadaan tewas dengan kepala yang berlumuran darah, diperkirakan
kepala Reno terkena batu – batu yang ada dibawah jurang. Jenazah reno langsung
dibawa kerumah dan segera dikuburkan.
Betapa hancurnya hatiku
melihat tenda yang awalnya akan dijadikan tempat bahagia kami, tempat kami
menjadi raja dan ratu sehari beralih menjadi tempat untuk orang orang
membacakan Yaasiin dan memanjatkan doa untuk Reno. Aku pandangi sudut – sudut
tenda, termenung dan perasaan bersalah menyelimutiku. Tiba – tiba ada wanita
dengan perban ditangannya mendatangiku. Ternyata dia adalah Dila. Aku memaki –
makinya dan mengatakan bahwa dialah penyebab kematian Reno. Dila hanya
tersenyum dan memberikan sepucuk kertas dan beberapa belanjaan yang aku lihat
dibeli oleh Dila dan Reno. Perlahan aku buka kertas itu dan aku membaca surat
itu
“Ara sayangku, istriku,
dan calon ibu anak anakku. Orang tuamu tidak pernah salah memberikan kamu nama
Mutiara, karna kamu adalah mutiara terindah dan tak ternilai yang aku miliki.
Hari ini hari bahagia kita, aku harap kamu suka beberapa pemberian aku. Pemberian
yang pasti tidak seberapa jika dibandingkan dengan rasa sayangmu yang begitu
besar. Tidak banyak yang bisa aku belikan buatmu sebagai hadiah di hari spesial
kita, hari pernikahan kita. Aku takut setelah menikah aku tidak bisa membuatmu
bahagia, maka dari itu aku coba kerja keras dan mendapat sedikit uang tambahan
untuk semua ini dan sedikit mengabaikanmu. Maaf sebelumnya aku belum sempat
ngenalin Dila, Dila itu sepupu jauhku. Tiba – tiba dia melamar kerja di
kantorku dan diterima sebagai sekertarisku. Maaf membuat kamu berfikir yang macam
– macam. Jangan lupa minta maaf sama Dila, karena kamu tangan Dila harus
diperban beberapa hari. Aku sengaja menulis surat ini, kamu tau aku orang yang
paling ga bisa merangkai kata – kata manis apalagi romantis buat diucapkan
langsung. Aku sayang kamu, istriku.”
Tubuhku terbujur kaku
setelah membaca surat itu, begitu besar pengorbanan Reno kepadaku, begitu
cintanya Reno terhadapku dan aku sia siakan cintanya begitu saja. Aku harap
sekarang Reno sudah tenang disana, Reno orang baik aku yakin Reno juga akan
dapat tempat terbaik disisi-NYA.
TAMAT